JENIS-JENIS
GAYA BAHASA
Menurut Gorys
Keraf (2009:115), gaya bahasa terbagi menjadi dua bagian yaitu dari segi nonbahasa dan segi bahasa. Dilihat dari
segi nonbahasa, gaya bahasa terbagi menjadi tujuh bagian, diantaranya sebagai
berikut:
1. Gaya
bahasa berdasarkan pengarang
2. Gaya
bahasa berdasarkan masa
3. Gaya
bahasa berdasarkan medium
4. Gaya
bahasa berdasarkan subjek
5. Gaya
bahasa berdasarkan tempat
6. Gaya
bahasa berdasarkan hadirin
7. Gaya
bahasa berdasarkan tujuan
Dilihat dari
segi bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat
dibedakan berdasarkan titik tolak unsure bahasa yang dipergunakan, yaitu:
1.) Gaya
bahasa berdasarkan pilihan kata
Berdasarkan
pilihan kata, gaya bahasa ini mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan
sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya
penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat.
Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian pemakaian
bahasa dalam situasi-situasi tertentu. Gaya bahasa ini dapat dibedakan menjadi
gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa percakapan.
a. Gaya
bahasa resmi adalah gaya bahasa yang bentuknya lengkap dan dipergunakan dalam
kesempatan-kesempatan resmi, seperti dalam pidato presiden, berita Negara, dan
pidato-pidato penting lainnya.
b. Gaya
bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar
atau kesempatan yang kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam
karya-karya tulis, artikel-artikel, dan sebagainya. Gaya bahasa tak resmi
adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi pelajar.
c. Gaya
bahasa percakapan adalah gaya bahasa yang ada sejalan dengan kata-kata
percakapan. Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata popular dan
kata-kata percakapan
2.) Gaya
bahasa berdasarkan nada
Gaya bahasa
berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian
kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti ini akan lebih
nyata di dalam bahasa lisan.
3.) Gaya
bahasa berdasrkan struktur kalimat
Gaya bahasa
ini diciptakan berdasarkan struktur kalimat. Struktur kalimat disini adalah
kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat
tersebut. Keraf membagi gaya bahasa berdasrkan struktur kalimat menjadi:
a. Klimaks,
gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks
adalah semacam gaya bahasa yang dimulai dari gagasan yang kurang penting kepada
hala-hal yang lebih penting.
b. Antiklimaks,
gaya bahasa yang yang gagasannya diurutkan dari yang paling penting ke gagasan
yang kurang penting.
c. Paralelisme
adalah gaya bahasa yang bersifat sejajar dalam pemakaian kata-kata atau
frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
Namun bila terlalu banyak digunakan, maka kalimat-kalimat akan menjadi kaku dan
mati.
d. Antitesis
adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan
menggunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.
e. Repetisi
adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Jenis-jenis
repetisi diantaranya adalah epizeuksis, tautotes, anaphora, epistrofa,
symploche, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.
4.) Gaya
bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
Gaya bahasa
berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai trope atau
figure of speech. Dalam gaya bahasa ini, terjadi suatu penyimpangan bahasa
secara evaluatif atau secara emotif dari bahasa biasa dalam ejaan, pembentukkan
kata, konstruksi kalimat, klausa, frasa, ataupun aplikasi sebuah istilah untuk
memperoleh kejelasan, penekanan, hiasan, humor, atau sesuatu efek yang lain.
Fungsi dari figure of speech ini adalah menjelaskan, memperkuat, menghidupkan
obyek mati, menstimulasi asosiasi, menimbulkan gelak ketawa atau untuk hiasan.
Gaya bahasa ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Gaya
bahasa retoris adalah gaya bahasa yang mengalami penyimpangan dari konstruksi
biasa untuk mencapai efek tertentu. Macam-macam gaya bahasa retoris adalah
sebagai berikut:
1. Aliterasi adalah semacam
gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan
dalam puisi atau kadang dalam prosa.
2.
Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan
bunyi vocal yang sama.
3.
Anastrof atau inverse adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan
pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
4.
Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa yang mana penulis atau
pengarang menegaskan sesuatu, tetapi seperti menyangkalnya.
5.
Apostrof adalah semacam gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat
dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya digunakan
oleh orator klasik.
6.
Asindeton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan
mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak
dihubungkan dengan kata sambung.
7.
Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asyndeton.
Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan oleh kata sambung.
8.
Chiasmus adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik
frasa maupun klausa, yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain.
9.
Elipsis adalah suatu gaya bahasa yang menghilangkan suatu unsur kalimat
agar ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur
gramatikal kalimatnya memenuhi pola yang berlaku.
10. Eufemisme adalah gaya bahasa
yang semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan
orang, atau ungkapan yang halus untuk menggantikan kata-kata yang mungkin
dirasakan menghina.
11. Litotes adalah semacam gaya
bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.
Unggapan yang menyatakan suatu gagasan yang berlawanan.
12. Histeron proteron adalah
gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau sesuatu yang
wajar.
13. Pleonasme dan tautology adalah gaya bahasa
yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk
menyatakan satu pikiran atau gagasan.
14. Perifrasis adalah gaya
bahasa yang mirip dengan pleonasme, namun kata-kata yang berlebihan dalam gaya
bahasa periphrasis ini sebenarnya dapat digantikan dengan satu kata saja.
15. Prolepsis atau Antisipasi
adalah gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau
sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
16. Erotesis adalah gaya bahasa
yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek
yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar.
17. Silepsis dan Zeugma adalah
gaya di mana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan
sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya yang
berhubungan dengan kata pertama.
18. Koreksio atau epanortosis
adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
memperbaikinya.
19. Hiperbol adalah semacam gaya
bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan
membesar-besarkan sesuatu.
20. Paradoks adalah gaya bahasa
pertentanggan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
21. Oksimoron adalah gaya bahasa
yang berusaha menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan.
Gaya bahasa ini mengandung pertentangan denga mempergunakan kata-kata yang
berlawanan dalam frasa yang sama.
22. Gaya bahasa Kiasan adalah
gaya bahasa yang mengalami penyimpangan lebih jauh, khususnya dalam bidang
makna.
Diambil dari
buku Gorys Keraf.
Keraf,
Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar